Laman

Senin, 28 Februari 2011

Hati-Hati Dengan Narkoba

Secara statistik, hingga saat ini pengguna narkoba didominasi oleh usia remaja, meskipun berbagai pihak telah berupaya keras untuk membendung masalah ini. Masalah remaja terkait dengan narkoba masih merupakan pr besar bagi pemerintah dan orang tua, padahal sekian banyak kerugian dan bahaya narkoba bagi kesehatan dan masa depan mereka telah berkali-kali didengungkan. Sebagian remaja yang terlanjur jatuh dalam narkoba percaya bahwa zat ini mampu membuat mereka berpikir lebih baik, aktif, dan populer di kalangan teman. Alih-alih memberi manfaat, narkoba justru menimbulkan banyak gangguan kesehatan.
Kecanduan
Kecanduan hanyalah satu dari sekian banyak dampak buruk narkoba. Narkoba merupakan zat adiktif. Senyawa yang terkandung di dalamnya akan menstimulasi otak untuk meningkatkan produksi dopamine serta merusak syaraf-syaraf otak. Dengan demikian otak hanya akan merasa baik ketika narkoba masuk ke dalam tubuh, tetapi begitu efek ini hilang otak akan memberikan sinyal bahwa tubuh membutuhkan zat ini lagi secara terus-menerus sehingga remaja akan selalu ingin kembali menggunakannya.
Gangguan pada organ penting tubuh
Banyak remaja pengguna narkoba tertipu oleh salah satu efeknya , yaitu stimulan. Efek ini berupa peningkatan kinerja jantung, yang membuat seseorang merasa lebih bertenaga, gembira, dan aktif. Kondisi ini hanya sesaat, dan akan berbalik menjadi efek buruk yang menyeramkan. Karena jantung terpompa secara tidak normal maka besar peluang terjadi gangguan pada organ ini, yaitu aritmia, serangan jantung, dan stroke.
Secara medis dinyatakan bahwa penggunaan narkoba dalam bentuk suntikan dapat menjadi pemicu terjadinya gagal jantung. Khususnya pada narkoba jenis suntik yang berpeluang terjadinya infeksi mikroba pada pembuluh jantung, katup jantung, dan jaringan di sekitarnya. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya komplikasi gagal jantung. Di Amerika sejumlah 25% penderita infeksi pembuluh jantung adalah pengguna narkoba bentuk suntik. Penyakit ini ditandai dengan rasa sesak nafas di dada, demam, mual, muntah, dan penurunan berat badan.
Sementara pada otak, bahaya narkoba mempengaruhi kinerja otak sebagai pusat pengendali seluruh tubuh. Zat berbahaya ini masuk ke dalam otak sehingga merusak sel-sel serta pembuluh syaraf di dalamnya. Akibatnya terjadi penurunan kesadaran, luapan emosi tidak tabil, lemah dalam berpikir, perubahan perilaku, dan kematian sel lokal otak yang menyebabkan kelumpuhan. Kenikmatan yang sesaat tak sebanding dengan penderitaan yang berat dan panjang. Tak hanya itu, penggunaaan narkoba dalam jangka waktu tertentu bisa dipastikan akan mengalami gangguan di seluruh organ vital tubuh seperti kulit, paru-paru, ginjal, dan tulang.
Kerusakan mental
Di dalam otak terdapat syaraf-syaraf yang mengendalikan mental seseorang. Sementara narkoba yang telah menjangkau sistem otak akan berpengaruh besar terhadap mental remaja, seperti gangguan jiwa, depresi, dan kenakalan remaja. Secara statistik bertambahnya jumlah remaja pengguna narkoba sejalan dengan peningkatan masalah kenakalan remaja.
Remaja yang terlanjur menjadi pengguna narkoba akan terdorong untuk berusaha selalu memperoleh zat ini dengan cara apapun, termasuk dengan tindak kejahatan. Jika secara finansial pribadi remaja tak mampu lagi mencukupi kebutuhannya, maka ia akan berusaha dengan berbagai cara seperti mencuri. Di sisi lain, remaja putri yang menjadi pengguna narkoba juga tak sedikit yang malakukan kenakalan remaja seperti hamil pra nikah.
Ironisnya kondisi ini diikuti dengan tindakan aborsi, diperkirakan di Indonesia terjadi 700 ribu pelaku aborsi adalah remaja dan sejumlah besar terkait dengan narkoba. Jadi jika remaja tak mau terkena dampak bahaya narkoba, maka jangan sekali-kali mencobanya. Karena begitu jatuh, maka akan sulit untuk lepas. Jadi kalimat “say no to drugs!” seharusnya tak hanya sekedar slogan, tapi juga menjadi tekad kuat yang harus selalu dipegang oleh remaja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar